Selasa, 08 Desember 2009

FISIOLOGI VIII DAN IX

Thermoregulasi merupakan proses fisiologis dalam tubuh yang menghasilkan energi panas sedangkan proses-proses yang dapat menghilangkan panas yang disebut dengan termilisis. Perubahan energi dalam tubuh merupakan pemakaian energi dan besarnya perubahan ini dipengaruhi oleh aktivitas hewan, ukuran tubuh, temperatur interna tubuh, karakteristik fisik dan lingkungan Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah elemen-elemen dari homeostasis. Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah dingin (cold-blood animals) dan hewan berdarah panas (warm-blood animals). Namun, ahli-ahli Biologi lebih suka menggunakan istilah ektoterm dan endoterm yang berhubungan dengan sumber panas utama tubuh hewan. Ektoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari lingkungan (menyerap panas lingkungan). Suhu tubuh hewan ektoterm cenderung berfluktuasi, tergantung pada suhu lingkungan. Hewan dalam kelompok ini adalah anggota invertebrata, ikan, amphibia, dan reptilia. Sedangkan endoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari hasil metabolisme. Suhu tubuh hewan ini lebih konstan. Endoterm umum dijumpai pada kelompok burung (Aves), dan mamalia Dalam pengaturan suhu tubuh, hewan harus mengatur panas yang diterima atau yang hilang ke lingkungan. Mekanisme perubahan panas tubuh hewan dapat terjadi dengan 4 proses, yaitu konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi. Konduksi adalah perubahan panas tubuh hewan karena kontak dengan suatu benda. Konveksi adalah transfer panas akibat adanya gerakan udara atau cairan melalui permukaan tubuh. Radiasi adalah emisi dari energi elektromagnet. Radiasi dapat mentransfer panas antar obyek yang tidak kontak langsung. Sebagai contoh, radiasi sinar matahari. Evaporasi proses kehilangan panas dari permukaan cairan yang ditranformasikan dalam bentuk gas Makhluk hidup dapat dikelompok-kelompokan atas dasar kemampuan memproduksi panas (ektoterm, endoterm dan heteroterm) atau kemampuannya mempertahankan suhu tubuh yang konstan (poikiloterm dan homoioterm). Kemampuan diatas diperlukan untuk melangsungkan proses metabolisme tubuh yang normal maupun untuk bertahan dalam menghadapi iklim di sekelilingnya yang terlalu dingin atau terlalu panas. Pertukaran panas antara hewan dengan sekitarnya selalu terjadi melalui beberapa proses: radiasi, konduksi, konveksi dan evaporasi Hewan ektoterm adalah hewan yang sangat bergantung pada suhu di lingkungan luarnya untuk meningkatkan suhu tubuhnya karena panas yang dihasilkan dari keseluruhan sistem metabolismenya hanya sedikit. Sedangkan hewan endoterm, adalah hewan yang suhu tubuhnya berasal dari produksi panas di dalam tubuh, yang merupakan hasil samping dari metabolisme jaringan. Suhu tubuh merupakan keseimbangan antara perolehan panas dari dalam (metabolisme) atau luar dengan kehilangan panas. Untuk menghadapi cuaca yang sangat buruk (terlalu dingin atau terlalu panas) hewan perlu menghemat energi dengan cara hibernasi atau estivasi Cara adaptasi hewan eksoterm menghadapi suhu yang sangat tinggi yaitu dengan meningkatkan laju pendinginan dengan penguapan melalui kulit, bagi hewan yang berkulit lembab atau dengan cara berkeringat untuk hewan yang mempunyai kelenjar keringat dan melalui saluran napas, bagi hewan yang kulitnya tebal dan kedap air; dan mengubah mesin metaboliknya agar bisa bekerja pada suhu tinggi. Sebaliknya cara adaptasi hewan eksoterm pada suhu sangat dingin yaitu dengan menambah zat terlarut ke dalam cairan tubuhnya untuk meningkatkan konsentrsasi osmotik dan menambah protein anti beku ke dalam cairan tubuhBeberapa cara hewan endoterm dalam mengantisipasi pengaruh cekaman dingin yaitu Pengurangan Gradien Termik (T1-T2), Penurunan Konduktans Termik (C), Penurunan Panas Melalui Evaporasi dan Peningkatan Termogenesis. Sebaliknya pada lingkungan yang panas, hewan endoterm akan menurunkan termogenesis dan meningkatkan termolisis. Respon hewan endoterm dalam mengantisipasi variasi temperatur pada lingkungan baru yaitu dengan aklimatisasi dan akhirnya Hewan golongan homeoterm dalam menghadapi perubahan suhu lingkungan cenderung mempertahankan suhu tubuhnya dengan cara meningkatkan adaptasi atau penyesuaian diri terhadap lingkungan. Ada juga mempertahankan suhu tubuhnya karena golongan homeoterm mempunyai kemampuan faal untuk mengontrol suhu tubuhnya, sehingga hewan homeoterm memiliki tingkat adaptasi yang lebih tinggi dibanding hewan golongan poikiloterm Contoh hewan yang tergolong eksoterm yaitu ikan salmon (22 oC), ikan saumon (18 oC), crapaud bufo boreas (27 oC), alligator (buaya) (32 - 35 oC), iguana 38 oC), lezard anolois sp (30 - 33 oC), dan larva lalat rumah (30 - 37 oC

Rambut getar merupakan suatu selaput lendir yang terdapat dalam rongga mulut katak dan berfungsi untuk menimbulkan aliran dari cairan mulut dan permukaan dinding cavum oris. Untuk memudahkan proses masuknya makanan kedalam oesophagus ada rambut getar pada jaringan epitel yang mengalirkan cairan atau benda partikel yang diarahkan ke suatu arah diatas epitel Mulut katak mempunyai bagian-bagian yang sangat kompleks dan mempunyai fungsi khusus dalam pencernaan seperti lidah sebagai alat untuk menangkap mangsa juga sebagai alat untuk menelan. Saliva pada saluran pencernaan untuk memudahkan masuknya makanan ke dalam oesophagus, ada rambut getar pada jaringan epitel yang dapat mengalirkan cairan atau partikel yang dialirkan kea rah epitel bersilia tersebut. Gerakan rambut getar ini didukung oleh adanya ATP, jumlah rambut banyak sekali, terletak pada langit-langit rahang atas terutama pada pallatum Kelenjar ludah yang dihasilkan oleh mulut katak ini dilengkapi oleh rambut getar yang memungkinkan proses pencernaan lebih mudah dilakukan. Untuk memudahkan proses pencernaan pada katak maka dipergunakan dua macam ludah yaitu yang berbentuk cair dan yang berbentuk lendir Pada pallatum terdapat sum-sum rambut getar yang berfungsi untuk menimbulkan aliran dari cairan saluran mulut dan pada permulaan dinding cavum oris. Pallatum terdiri dari dua bagian yaitu pallatum molle dan palllatum durum. Pallatum durum terdiri atas tajuk-tajuk dari sebelah depan tulang maxillaris dan lebih kebelakang terdiri atas dua bagian pallatum. Pada pallatum juga ditemukan adanya lipatan-lipatan bergantung dan bergerak yang terdiri atas jaringan fibrious yang dikendalikan oleh ototnya sendiri

,terdapat 6 macam rambut getar yaitu sebagai berikut :

1. Chilodonella

Cilia atau rambut getar yang mempunyai panjang 120 mikron. Chilodonella mempunyai cytopharyngeal basket tersendiri. Berbentuk oval dengan nukleus yang berukuran besar (macronucleus) yang terlihat dengan jelas dibawah sinar yang terang.

Chilodonella

2. Prorondon

Rambut getar macam prorondon mempunyai panjang 141 mikron, dan berbentuk silindris yang terbungkus oleh ectoplasma yang tebal, dimana terdapat sitosom didalamnya.

Prorodon

Prorondon

3. Colpoda

Colpoda mempunyai panjang rambut getar sekitar 60 – 70 mikron, oleh karena itulah colpoda merupakan cilia atau rambut getar yang berukuran lebih medium bila dibandingkan dengan cilia lainnya. Calpoda mempunyai bentuk seperti bentuk dari ginjal, yang memiliki vakuola makanan yang terdapat di dalam selnya yang berguna untuk mencerna makanan.

Colpoda

4. Stensor

Cilia atau rambut getar yang mepunyai bentuk menyerupai bentuk terompet, ada juga yang berbentuk silindris, dimana memepunyai vakuola kontraktil di bagian kiri atas dan biasanya terdapat di air segar.

Stensor

5. Coleps

Cilia atau rambut getar yang mempunyai bentukl menyerupai tong (barrel) dengan dikelilingi oleh lapisan endoplasmic. Terdapat sitosom dibagian anterior ujung, dan juga dilengkapi dengan cilia yang panjang. Cilia unung posterior lebih panjang dibandingkan cilia yang terletak diujung anterior. Celeps mempunyai panjang berkisar antara 40 – 65 mikron.

Coleps

6. Tetrahymena

Tetrahymena adalah cilia atau rambut getar yang oligohymenophoran yang umumnya terdapat di air tawar. Biasanya digunakan sebagai bahan untuk mendemonstrasikan organisasi dari hewan tingkat rendah. Tetrahymena dikelilingi oleh cilia disepanjang tubuhnya, dan mempunyai bentuk-bentuk basal.

Tetrahymena

Otot adalah sistem biokontraktil dimana sel-sel atau bagian dari sel, memanjang dan di khususkan untuk menimbulkan tegangan pada sumbu hewan besar dan transpor makanan, gas, darah dan bahan-bahan lain. Kontraksi otot ini merupakan hasil kontraksi-kontraksi sel-sel yang berbentuk panjang, silinder atau gelondongan yang masing-masing mengandung serabut kontraktil mikroskopik yang panjang dan paralel disebut miofibril Kontraksi otot dapat berlangsung karena adanya sifat-sifat khusus yang terdapat pada sel otot. Namun demikian kuat kontraksi otot, juga dipengaruhi oleh intensitas rangsang, serta frekuensi pemberian rangsang yang diterimanya. Selain itu kontraksi otot juga dipengaruhi oleh adanya perubahan-perubahan susunan kimia sebelum dan sesudah kontraksi. Aktivitas otot yang berlebihan dapat menyebabkan otot kehilangan kemampuannya untuk berkontraksi, bahkan dapat menimbul-kan dengan apa yang disebut utang Kontraksi otot terjadi bukan karena proses pemendekkan dari filamen-filamen yang membangunnya, tetapi merupakan peristiwa pergeseran antara filamen kasar (miosin) dan filamen halus (aktin) sehingga menambah overlapping di antara kedua filamen tersebut. Proses ini memerlukan bantuan masuknya ion Ca2+, ke dalam akson untuk membebaskan asetilkolin yang berperan sebagai neurotransmiter. Melekatnya asetilkolin pada reseptor membran akan meningkat-kan permeabilitas membran terhadap ion Na+, ion itu masuk ke dalam sel otot, sehingga akan terjadi depolarisasi, yang selanjutnya akan menimbulkan potensial aksi yang akan dirambatkan ke sepanjang serabut otot. Agar supaya pulsa impuls terus berjalan, maka molekul asetilkolin yang berinteraksi dengan reseptor harus dimusnahkan. Dalam hal ini dilakukan oleh enzim kolinesterase yang akan mengubah kolinesterase menjadi kolin dan asam asetat. Selanjutnya kolin akan berdifusi kembali ke dalam akson, sedangkan asam asetat akan masuk dalam sirkulasi darah Mekanisme kerja otot pada dasarnya melibatkan suatu perubahan dalam keadaan yang relatif dari filamen-filamen aktin dan miosin. Selama kontraksi otot, filamen-filamen tipis aktin terikat pada dua garis yang bergerak ke Pita A, meskipun filamen tersebut tidak bertambah banyak. Namun, gerakan pergeseran itu mengakibatkan perubahan dalam penampilan sarkomer, yaitu penghapusan sebagian atau seluruhnya garis H. selain itu filamen myosin letaknya menjadi sangat dekat dengan garis-garis Z dan pita-pita A serta lebar sarkomer menjadi berkurang sehingga kontraksi terjadi. Kontraksi berlangsung pada interaksi antara aktin miosin untuk membentuk komplek aktin-miosin Mekanisme kontraksi otot, dimulai dengan aksi potensial pada motor neuron (aksi potensial pada sel postsinaps yang disebarkan dari sel presinaps serabut saraf yang menginervasi otot). Hal ini menimbulkan impuls (aksi potensial) pada otot. Aksi potensial pada otot mengakibatkan pelepasan ion Calsium dari RS, juga mengaktifkan Ca channel pada tubulus T sehingga akan banyak ion Calsium dilepas ke dalam sarkoplasma. Ion Ca akan berikatan dengan troponin C sehingga akan mengubah konfigurasi aktin-tropomiosin-troponin kompleks, dimana aktif site dari aktin akan terbuka sehingga dapat terikat dengan miosin. Ikatan inilah yang mengakibatkan kontraksi otot karena tertariknya aktin ke arah miosin oleh struktur cross-bridge yang keluar dari miosin

Mekanisme Kontraksi Otot

Pada proses relaksasi, ion Calsium akan dikembalikan ke dalam RS secara transport aktif. Troponin yang kehilangan ion Ca akan mempengaruhi struktur aktin-troponin-tropomiosin sehingga aktif site aktin kembali ditutupi oleh tropomiosin dan ikatan antara aktin dan miosin tidak terjadi lagi. Lepasnya ikatan antara aktin dan miosin ini menyebabkan relaksasinya otot

fungsi utama dari otot yaitu untuk berkontraksi, yaitu meregang dan mengendor. Namun demikian, kontraksi sering dikatakan ada 4 tipe, yaitu :

1. Kontraksi konsentrik adalah suatu bentuk yang umum dari suatu kontraksi, di mana otot menggerakkan tulang atau segmen dengan pemendekan. Contohnya adalah fleksisiku oleh kontraksi otot biceps brachii.

2. Kontraksi isometrik terjadi secara alamiah ketika kaki atau bagian lain dari tubuh dipertahankan stasioner melawan tahanan yang sebanding seperti gravitasi. Agar supaya kepala tetap tertahan pada suatu posisi tertentu, otot leher dorsal haruslah berkontraksi isometri.

3. Kontraksi eksentrik terjadi pada otot ekstensor leher ketika seekor hewan merendahkan kepalanya secara bertahap. Otot-otot antagonistik dapat pula mengalami kontraksi ekstentrik tatkala otot ini tidak berhasil melwana kerja suatu “prime mover”.

4. Kontraksi isotonik menggambarkan suatu kontraksi di mana terjadi perubahan panjangnya otot tetapi tegangannya tetap sama. Ini terjadi terutama ketika suatu otot mengangkat suatu beban tertentu. Baratnya tetap, oleh karenanya tegangannya juga tidak berubah.

jaringan otot dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu :

1. Jaringan Otot Polos

Jaringan otot polos mempunyai serabut-serabut (fibril) yang homogen sehingga bila diamati di bawah mikroskop tampak polos atau tidak bergaris-garis. Otot polos berkontraksi secara refleks dan di bawah pengaruh saraf otonom. Bila otot polos dirangsang, reaksinya lambat. Otot polos terdapat pada saluran pencernaan, dinding pembuluh darah, saluran pernafasan.

Gambar 45. Struktur Otot Polos

2. Jaringan Otot Lurik

Nama lainn dari otot lurik adalah jaringan otot kerangka karena sebagian besar jenis otot ini melekat pada kerangka tubule. Kontraksinya menurut kehendak kita dan di bawah pengaruh saraf sadar. Dinamakan otot lurik bila dilihat di bawah mikroskop tampak adanya garis gelap dan terang berselang-seling melintang di sepanjang serabut otot. Oleh sebab itu nama lain dari otot lurik adalah otot bergaris melintang. Kontraksi otot lurik berlangsung cepat bila menerima rangsangan, berkontraksi sesuai dengan kehendak dan di bawah pengaruh saraf sadar. Fungsi otot lurik untuk menggerakkan tulang dan melindungi kerangka dari benturan keras.

Serabut Otot lurik

3. Jaringan Otot Jantung/Miokardium

Jaringan otot ini hanya terdapat pada lapisan tengah dinding jantung. Strukturnya menyerupai otot lurik, meskipun begitu kontraksi otot jantung secara refleks serta reaksi terhadap rangsang lambat. Fungsi otot jantung adalah untuk memompa darah ke luar jantung.

Serabut otot jantung

faktor-faktor yang mempengaruhi kontraksi otot yaitu :

1. Treppe

Treppe adalah meningkatnya kekuatan kontraksi berulang kali pada suatu serabut otot karena stimulasi berurutan yang berseling beberapa detik.

2. Summasi

Tiap otot dapat berkontraksi dengan berbagai tingkat kekuatan. Ini merupakan hasil penjumlahan kontraksi 2 jalan.

Summasi unit motor berganda terjadi apabila lebih banyak unit motor yang dirangsang untuk berkontraksi secara simultan pada otot. Oleh karena itu, semakin banyak serabut otot dan berkas-berkasnya yang berkontraksi dan menghasilkan kekuatan yang lebih besar di dalam otot secara keseluruhan.

3. Tetani

Apabila frekuensi stimulasi menjadi demikian cepat sehingga tidak ada peningkatan frekuensi lebih jauh lagi yang akan meningkatkan tegangan kontraksi, tenaga terbesar yang dapat dicapai oleh otot telah tercapai.

4. Fatigue

Yang dimaksud dengan fatigue adalah menurunnya kapasitas bekerja yang disebabkan oleh pekerjaan itu sendiri. Lebih spesifik lagi, jangka waktu bahwa suatu tegangan atau kontraksi otot dapat tetap dipertahankan tergantung pada tersedianya suplai energi dalam bentuk ATP dan kalsium bagi filamen protein kontraktil.

5. Rigor

Apabila sebagian besar ATP di dalam otot telah habis, kalsium tidak lagi dapat dikembalikan ke dalam retikulum sarkoplasma melalui mekanisme pemonmpaan kalsium. Oleh karena itu relaksasi tak bisa terjadi, karena filamen aktin dan miosin terikat dalam suatu ikatan yang erat. Hal inilah yang merupakan suatu kelelahan yang berlebihan atau yang juga disebut rigor.

FISIOLOGI VII

Respirasi adalah proses umum dimana organisma mengambil energi bebas dalam lingkungannya dengan mengoksidasi substrat organik. Untuk mencapai hasil tersebut, organisma tingkat tinggi memakan berbagai bahan makanan dan mengubah menjadi molekul sederhana melalui proses pencernaan dan molekul yang terbentuk masuk dalam sel-sel yang selanjutnya mengalami oksidasi dengan bantuan sejumlah molekul oksigen yang berasal dari sitem pernapasan. Produk dari oksidasi (CO2 dan H2O) dikeluarkan oleh sel ke dalam lingkungannya Tujuan dari pernapasan adalah untuk menyediakan oksigen (O2) bagi seluruh jeringan tubuh dan membuang karbondioksida (CO2) ke atmosfir. Untuk mencapai tujuan ini, sistem pernapasan (respirasi) menjalankan fungís yaitu

  1. Ventilasi paru, yaitu masuknya udara atmosfir kedalam paru sampai di alveoli dan keluarnya udara alveoli paru ke udara bebas/atmosfir lagi.
  2. Difusi O2 dan CO2 antara darah kapiler paru dan udara alveoli, hal ini terjadi karena ventilasi berlangsung terus-menerus yang dibarengi aliran perfusi darah ke dalam kapiler alveoli yang juga terus-menerus mengalir.
  3. Transpor O2 dan CO2 dalam darah dan cairan tubuh ke dan dari sel.
  4. Pengaturan ventilasi oleh sistem saraf dan hal-hal lain yang berhubungan dengan pernapasan.

Mekanisme terjadinya respirasi adalah udara dari laur akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis), dimana rongga hidung berlapis selaput lendir yang didalamnya terdapat klenjar minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera), udara dari rongga hidung akan masuk ke faring dan selanjutnya memasuki tenggorokan berupa pipa yang panjangnya kurang lebih 10 cm, terletak dileher dan sebagian dirongga dada (toraks). Tenggorokan bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Udara dari bronkiolus akan masuk ke dalam paru-paru yang terletak di dalam rongga dada bagian atas dan di bagian sampingnya dibatasi oleh otot dan rusuk dan dibagian bawah oleh diafragmayang berotot kuat

http://free.vlsm.org/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Biologi/Image/2-8b.jpg

Skema Sistem Respirasi Pada Manusia











Line Callout 3 (No Border): Kantong Alveolus


Line Callout 2 (No Border): Saluran alveolus

Line Callout 1 (No Border): Bronkiol






Alveolus

Line Callout 2 (No Border): Pandangan Permukaan

Saluran Pernafasan pada Paru-Paru Mamalia

Dalam proses respirasi terdapat beberapa tahapan-tahapan yaitu respirasi eksternal dan respirasi internal. Respirasi eksternal merupakan sebentuk pertukaran gas, sehingga oksigen (O2) dari paru-paru masuk kedalam darah, dan karbondioksida (CO2) dan air (H2O) keluar dari darah masuk ke paru-paru. Sedangkan respirasi internal merupakan proses pertukaran karbondioksida (CO2) dengan oksigen (O2) di tingkat sel Inspirasi adalah proses yang aktif yang disebabkan oleh kontraksi otot-otot inspirasi yang penting adalah diafragma yang melekat pada tepi kaudal didaerah toraks. Bila relaksasi diafragma berebntuk kubah ke dalam toraks, bila serabut otot berkontraksi diafragma mengembang keluar sehingga terjadi peningkatan volume toraks. Jika tulang iga meningkat, diameter toraks akan meningkat. Gerakan ini bergantung terutamka pada otot-otot interkostal, internal dan eksternal. Pada manusia waktu inspirasi diafragma turun 1-5 cm menyebabkan rongga dada bertambah dan terjadi perbedaan tekanan lebih besar antara udara luar dan di rongga intratorak Ekspirasi, bila tidak terjadi gerakan udara yang dimana tekanan bronkisama dengan tekanan atmosfir. Tekanan intratorak bertambah karena diafragma dan tulang rusuk kembali kepada kedudukan semula. Hal ini menyebabkan udara didalam paru-paru didorong keluar karena tekanan intratoraks bertambah dan elastisitas paru-paru iru sendiri. Pada saat otot-otot inspirasi rileks maka volume torak menurun, tetapi jumlah udara dalam paru-paru mulai tetap sama, oleh karena itu tekanan intrapulmonari meningkat di atas tekanan udara luar, darah mengalir dari paru-paru ke eksterna sampai tekanan sama lagi Dalam proses respirasi terdapat pigmen yang bertanggung jawab dalam proses inu yaitu hemoglobin yang berwarna merah dan akan berikatan dengan oksigen (O2) membentuk oksihemoglobin yang sifatnya lebih asam dari hemoglobin. Suatu protein yang mengandung senyawa dari hemin disebut hemoglobin dimana hemoglobin ini merupakan pigmen respirasi karena mempunyai peranan dalam mengangkut gas yang terlibat keseimbangan asam basa Faktor-faktor yang mempengaruhi proses respirasi yaitu pengaruh korteks cerebrasi karena adanya koneksi antara cerebrasi dengan pusat pernafasan. Ini berarti bahwa kita dapat merubah corak pernafasan. Orang dapat menahan nafas menurut kemauannya tetapi kemampuan nafas dapat dibatasi oleh peningkatan kadar karbondioksida dan ion H+darah. Faktor yang kedua yaitu refleks inflasi, pada dinding bronki terdapat reseptor yang sensitive terhadap rangsangan yang disebut stretch reseptor Respirasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor; yaitu umur, dimana semakin tua seseorang maka frekuensi pernapasannya semakin tinggi; jenis kelamin, dimana antara pria dan wanita memilki frekuensi pernapasan yang berbeda; posisi tubuh dan kegiatan tubuh, dimana posisi dan kegiatn yang dilakukan akan mempengaruhi frekuensi pernapasan yang dihasilkan; dan faktor yang terakhir adalah suhu tubuh, dimana bila kita melakukan aktivitas seperti lari dapat meningkatkan suhu tubuh yang berakibat pada frekuensi pernapasan yang juga mengalami peningkatan

faktor-faktor yang mempengaruhi difusi gas melintasi epitel atau membran pernapasan yaitu :

1. Tekanan Parsial Gas

Gas akan bergerak dari suatu daerah bertekanan tinggi ke gas bertekanan rendah. Tekanan parsial gas adalah tekanan total campuran gas x % gas dalam campuran.

2. Permeabilitas epitel atau membran pernapasan

Terdapat 2 membran yang sangat tipis memisahkan udara alveolus dengan darah kapiler paru-paru yaitu epitel paru dan endothelium kapiler paru-paru.

3. Luas permukaan epitel atau membrane pernafasan

Pada variable lain tetap, semakin luas membran maka semakin meningkat difusi gas.

4. Kecepatan sirkulasi darah paru-paru

Bila kecepatan aliran darah meningkat dikapiler paru-paru, maka setiap ml darah yang meninggalkan kapiler paru-paru akan mengandung lebih sedikit O2.

5. Reaksi kimia yang terjadi di dalam darah

Kecepatan dan efisiensi reaksi kimia yang terjadi dalam darah menentukan jumlah oksigen dan karbondioksida yang ditransfer antara darah dan udara alveolus.

Sistem pencernaan merupakan pengubahan zat-zat hara yang terdapat dalam makanan menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga dapat digunakan dan diserap sebagai energi, membangun senyawa-senyawa lain dan kepentingan metabolisme. Gerakan makan diatur oleh serangkaian fase volunter dan diiukuti oleh fase involunter. Pada proses menelan tidak mungkin tanpa bolus basah, bolus kering tidak dapat ditelan dan menelan dengan terangkatnya laring bernilai negatif Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestin, adalah sistem organ dalam hewan multisel yang menerima makanan, mencernanya menjadi energi dan nutrien, serta mengeluarkan sisa proses tersebut. Sistem pencernaan antara satu hewan dengan yang lainnya bisa sangat jauh berbeda. Pada dasarnya sistem pencernaan makanan dalam tubuh manusia dibagi menjadi 3 bagian, yaitu proses penghancuran makanan yang terjadi dalam mulut hingga lambung.Selanjutnya adalah proses penyerapan sari - sari makanan yang terjadi di dalam usus. Kemudian proses pengeluaran sisa - sisa makanan melalui anus

proses pencernaan, makanan mula-mula dijadikan bagian yang kecil-kecil dengan cara menggigit dan mengunyah, kemudian dihaluskan lebih lanjut oleh asam klorida dan enzim-enzim pencernaan. Enzim-enzim ini membantu memecahkan, atau menghidrolisis protein, karbohidrat dan lemak menjadi senyawa dasar seperti asam amino,

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/2/27/Digestive_system_diagram_numbered.svg/400px-Digestive_system_diagram_numbered.svg.png




Diagram sistem pencernaan

1.Kelenjar ludah

2.Parotis

3.Submandibularis (bawah rahang)

4.Sublingualis (bawah lidah)

5.Rongga mulut

6.Tekak / Faring

7.Lidah

8.Kerongkongan / Esofagus

9.Pankreas

10. Lambung

11. Saluran pankreas

12. Hati

13. Kantung empedu

14. Usus dua belas jari (duodenum)

15. Saluran empedu

16. Usus tebal / Kolon

17. Kolon datar (tranverse)

18. Kolon naik (ascending)

19. Kolon turun (descending)

20. Usus penyerapan (ileum)

21. Sekum

22. Umbai cacing

23. Poros usus / Rektum

24. Anus



monosakarida dan gliserida. Jadi pencernaan merupakan proses yang mengubah bahan makanan menjadi zat yang dapat diserap ke dalam peredaran darah. Bahan-bahan yang tidak berguna dan malahan sebagian yang toksik, disingkirkan (dikeluarkan) berupa feses

fungsi dari sistem pencernaan yaitu sebagai berikut:

  1. Menerima nutrien (prose menelan/ingesti).
  2. Menghancurkan nutrien dalam bentuk molekul-molekul kecil untuk mencapai dan memasuki aliran darah (proses pencernaan/digesti).
  3. Memungkinkan molekul-molekul tadi untuk mamasuki aliran darah (proses penyerapan/absorbsi) sehinggga dapat dikirimkan ke seluruh jaringan. Dimana semua proses tersebut dikoordinasi oleh gerakan-gerakan otot halus dan sekresi saluran pencernaan.

Struktur sistem pencernaan terbagi menjadi dua bagian yaitu traktus gastrointestinal (saluran pencernaan) yang terdiri atas rongga mulut, pharynk, esophagus, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus; dan organ-oragan assesoris/tambahan yang terdiri dari lidah, gigi, kelenjar ludah, hati, kantung empedu dan pancreas

saluran cerna mempunyai empat lapisan atau tunika yaitu :

  1. Tunika mukosa, yang terdiri atas epitel permukaan, basah, dilapisi mukus (lendir) diatas lamina basal; lamina propria (jaringan ikat longgar); dan tunika muskularis mukosa (otot polos).
  2. Tunika Submukosa, dimana lapisan ini terdiri atas jaringan ikat longgar, yang memudahkan mukosa bergerak. Disini terdapat pleksus pembuluh darah dan pleksus saraf disebut pleksus submukosa (Meissner), yang berfungsi mengatur kontraksi mukosa.
  3. Tunika muskularis eksterna, yang terdiri atas dua atau tiga lapis otot polos. Lapis otot dalam (sirkuler) berfungsi menyempitkan lumen dan lapis luar (longitudinal) memendekkan usus.
  4. Tunika adventisia (serosa) adalah lapis terluar, yang terdiri atas jaringan ikat longgar yang relatif padat. Seringkali menyatu dengan jaringan ikat bangunan sekitarnya.

Tiga fase pencernaan yang saling bekerja sama yaitu fase sefalik terjadi ketika kita berfikir, melihat, atau mencium makanan dalam hal ini menstimulasi pelepasan getah lambung dan pergerakan lambung, ini sebabnay lambung mengalami keroncongan ketika kita sedang lapar. Fase gastrik terjadi ketika makanan ada di dalam lambung dan keberadaan makanan ini merangsang pelepasan getah dan gerakan lambung. Fase intestinal (usus) terjadi ketika makanan memasuki duodenum dan sekresi sserta gerakan di dalam lambung dihambat oleh mekanisme yang digambarkan diats, yang melibatkan baik mekanisme hormonal dan neural

Proses ruminasi adalah proses pencernaan bahan makanan yang telah dimakan dan masuk ke dalam lambung dikembalikan lagi ke mulut dan dikunyah lagi, kemudian ditelan kembali. Proses ruminasi dibagi atas beberaa tahap yaitu

  1. Mastifikasi atau pengunyahan yang dibantu oleh otot-otot medial pterigoid, messeter dan temperal berfungsi menutup rahang, otot lateral pterigoid menghasilkan gerakan menggiling makanan dan otot digastrikus dan sterno mandibularis bekerja membuka rahang.
  2. Insalivasi merupakan suatu kerja yng refleks yang dalam keadaan normal dirangsang oleh adanya makanan dalam mulut.
  3. Deglutasi atau proses penelanan yang dimana terbagi atas tiga tahap yaitu bergeraknya makanan atau air melalui mulut kemudian bergeraknya bahan tersebut ke dalam faring dan selanjutnya ke esophagus sebelum masuk ke perut.
  4. Regurgitasi adalah tahapan dimana makanan yang telah berada diperut kembali ke dalam mulut untuk dikunyah kembali.
  5. Remastikasi adalah pengunyahan kembali yang terjadi lebih santai dibandingkan dengan pengunyahan insial tersebut.
  6. Reinsalivasi adalah pencampuran dengan saliva ketika dikunyah kembali setelah itu ditelan kembali.

Saliva adalah campuran sekret dari semua kelenjar liur, dan jumlahnya dapat mencapai 1000 ml dalam 24 jam. Fungsinya bermcam-macam yaitu membasahi makanan agar mudah ditelan, meningkatkan cita rasa karena bahan kimia yang berhubungan dengan rasa harus berada dalam larutan untuk dapat merangsang kuncup kecap. Saliva mengandung amilase dan maltase (mulai mencerna sebagian karbohidrat), lisozim dan perioksidase (anti-bakteri), juga mengandung gamma globulin (IgA=pertahanan terhadap bakteri)

beberapa fungsi saliva yaitu :

  1. Fungsi pencernaan : ά-amilase dan lipase
  2. Fungsi proteksi : enzim lysozyme, IgA, lactoferin, proline rich protein
  3. Fungsi lubrikasi : mucin
  4. Fungsi deferensiasi dan pertumbuhan : NGF dan EGF

Saliva/ludah dihasilkan oleh 3 (tiga) pasang kelenjar yaitu kelenjar parotis merupakan kelenjar yang paling besar dan berada tepat dibawah mulut dan telinga, panjangnya Kira-kira 5 cm dan terbuka ke dalam mulut, berlawanan arah dengan gigi molar atas kedua. Kelenjar ini merupakan kelenjar yang dipengaruhi oleh penyakit yang umumnya disebut gondongan. Kelenjar submandibular dan kelenjar submaksilaris, dimana keduanya terbuka ke dalam lantai mulut dan cairan banyak mengandung protein sehingga makanan dapat menjadi kental. Kelanjar lidah, dimana mengandung enzim lipase Bolus merupakan gumpalan makanan yang terbentuk estela reguritasi dan pengunyahan kembali dimana makanan yang telah dikunyah akan tercampur dengan saliva yang diletakkkan di atas permukaan lidah kemudian dengan bantuan lidah menggerakkan bolus menuju faringI

Dalam rangka memenuhi kebutuhan energi (ATP), semua makhluk hidup menyelenggarakan berbagai reaksi metabolisme. Akan tetapi, reaksi metabolisme tersebut tidak hanya menghasilkan ATP dan zat bermanfaat lainnya, tetapi juga menghasilkan zat sisa. Semua zat sisa tersebut harus dikeluarkan dari dalam tubuh untuk mempertahankan homeostasis. Pengeluaran berbagai zat sisa metabolisme seperti sisa obat, hormone dan berbagai zat toksik (beracun) diselenggarakan oleh sistem pengeluaran (ekskresi) Sisa metabolisme dalam bentuk air dikeluarkan melalui sekresi urine. Organ-organ yang penting dalam sistem urinarius terdiri atas 2 buah ginjal kiri dan kanan, dua ureter kiri dan kanan, kandung kemih/blader serta uretra Sistem ekskresi pada manusia dan vertebrata lainnya melibatkan organ paru-paru, kulit, ginjal, dan hati. Namun yang terpenting dari keempat organ tersebut adalah ginjal. Setiap hari tubuh kita menghasilkan kotoran dan zat-zat sisa dari berbagai proses tubuh. Agar tubuh kita tetap sehat dan terbebas dari penyakit, maka kotoran dan zatzat sisa dalam tubuh kita harus dibuang melalui alat-alat ekskresi. Alat-alat ekskresi manusia berupa ginjal, kulit, hati, dan paru-paru Fungsi utama ginjal adalah mengekskresikan zat-zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogen misalnya amonia. Amonia adalah hasil pemecahan protein dan bermacam-macam garam, melalui proses deaminasi atau proses pembusukan mikroba dalam usus. Selain itu, ginjal juga berfungsi mengeksresikan zat yang jumlahnya berlebihan, misalnya vitamin yang larut dalam air; mempertahankan cairan ekstraselular dengan jalan mengeluarkan air bila berlebihan; serta mempertahankan keseimbangan asam dan basa. Sekresi dari ginjal berupa urin.

http://free.vlsm.org/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Biologi/Image/2-7b-1.jpg

Alat-alat ekskresi pada manusia yang berupa
ginjal, kulit, paruparu, dan kelenjar keringat

Struktur ginjal yaitu bentuk ginjal seperti kacang merah, jumlahnya sepasang dan terletak di dorsal kiri dan kanan tulang belakang di daerah pinggang. Berat ginjal diperkirakan 0,5% dari berat badan, dan panjangnya ± 10 cm. Setiap menit 20-25% darah dipompa oleh jantung yang mengalir menuju ginjal. Ginjal terdiri dari tiga bagian utama yaitu korteks (bagian luar)

a. medulla (sumsum ginjal)

b. pelvis renalis (rongga ginjal)

Bagian korteks ginjal mengandung banyak sekali nefron ± 100 juta sehingga permukaan kapiler ginjal menjadi luas, akibatnya perembesan zat buangan menjadi banyak. Setiap nefron terdiri atas badan Malphigi dan tubulus (saluran) yang panjang. Pada badan Malphigi terdapat kapsul Bowman yang bentuknya seperti mangkuk atau piala yang berupa selaput sel pipih. Kapsul Bowman membungkus glomerulus. Glomerulus berbentuk jalinan kapiler arterial. Tubulus pada badan Malphigi adalah tubulus proksimal yang bergulung dekat kapsul Bowman yang pada dinding sel terdapat banyak sekali mitokondria. Tubulus yang kedua adalah tubulus distal

http://free.vlsm.org/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Biologi/Image/2-7b-2.jpg

Ginjal terletak di dorsal pinggang berjumlah sepasang

http://free.vlsm.org/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Biologi/Image/2-7b-3.jpg

Struktur dalam (anatomi) ginjal

Pada rongga ginjal bermuara pembuluh pengumpul. Rongga ginjal dihubungkan oleh ureter (berupa saluran) ke kandung kencing (vesika urinaria) yang berfungsi sebagai tempat penampungan sementara urin sebelum keluar tubuh. Dari kandung kencing menuju luar tubuh urin melewati saluran yang disebut

Urine yang dikeluarkan oleh tubuh dalam sehari dapat berjumlah 900-1500 ml per 24 jam, bervariasi dengan asupan cairan dan jumlah kehilangan cairan melalui rute lain. Rata-rata berat jenis urine berkisar antara 1,002-1,030 (petunjuk jumlah zat yang terlarut dalam urine). Urine bersifat asam dengan pH sekitar 6,0 (dengan diet biasa). Warna yang ditimbulkan oleh urine merupakan penaruh dari urokrom yang pigmen asalnya tidak pasti). Komposisi dari urine yaitu air, urea 20-30 gr/jam, asam urat 0,6 gr/24 jam, kretinin 1-2 gr/24 jam, ammonia, natrium, klorida, kalium, sulfat, serta fosfat Urine didorong melewati ureter dengan gelombang peristaltic, yang dapat terjadi sekitar 1-4 kali permenit. Urine memasuki kandung kemih dalam serangkaian semburan kecil. Pintu masuk yang miring melalui dinding kandung kemih menjamin bahwa ujung bagian bawah tertutup selama miksi dengan kontraksi kandung kemih, sehingga mencegah rufleks urine kembali ke ureter dan mencegah penyebaran infeksi dari kandung kemih ke atas Kandung kemih terdiri dari membran mukosa yang menjadi lipatan ketika kandung kemih kosong, lapisan submukosa, lapisan muscular, membentuk sebagian besar ketebalan dinding kandung kemih dan sebagian membentuk sfingter disekitar lubang uretra serta peritoneum atau fascia pelvis pada sisi luar Miksi adalah kerja refleks yang sangat penting setelah masa bayi dikontrol oleh pusat yang lebih tinggi pada sistem saraf. Miksi dikontrol melalui sarf eferon menuju kandung kemih dimana pengeluaran urine dibantu dengan kontraksi otot abdomen dan diafragma yang menyebabkan kolaps kandung kemih dengan meningkatkan tekanan intra abdominal yang menyatakan bahwa hal-hal yang mempengaruhi produksi urin adalah Hormon anti diuretik (ADH) yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis posterior akan mempengaruhi penyerapan air pada bagian tubulus distal karma meningkatkan permeabilitias sel terhadap air. Jika hormon ADH rendah maka penyerapan air berkurang sehingga urin menjadi banyak dan encer. Sebaliknya, jika hormon ADH banyak, penyerapan air banyak sehingga urin sedikit dan pekat. Kehilangan kemampuan mensekresi ADH menyebabkan penyakti diabetes insipidus. Penderitanya akan menghasilkan urin yang sangat encer.

Selain ADH, banyak sedikitnya urin dipengaruhi pula oleh faktor-faktor berikut

a. Jumlah air yang diminum, Akibat banyaknya air yang diminum, akan menurunkan konsentrasi protein yang dapat menyebabkan tekanan koloid protein menurun sehingga tekanan filtrasi kurang efektif. Hasilnya, urin yang diproduksi banyak.

b. Saraf, Rangsangan pada saraf ginjal akan menyebabkan penyempitan duktus aferen sehingga aliran darah ke glomerulus berkurang. Akibatnya, filtrasi kurang efektif karena tekanan darah menurun.

c. Banyak sedikitnya hormon insulin, Apabila hormon insulin kurang (penderita diabetes melitus), kadar gula dalam darah akan dikeluarkan lewat tubulus distal. Kelebihan kadar gula dalam tubulus distal mengganggu proses penyerapan air, sehingga orang akan sering mengeluarkan urin.