Senin, 07 Desember 2009

FISIOLOGI III DAN IV

Hemoglobin (Hb) adalah protein kompleks terdiri atas protein, globulin, dan pigmen hem (mengandung besi). Jadi besi penting untuk Hb. Kebutuhan akan besi per hari berbeda antara pria dan wanita. Pria () seharinya hanya kehilangan 1 mg besi, tetapi wanita () kehilangan sampai 20 mg selama menstruasi normal, dan sangat meningkat selama kehamilan. Besi ditimbun di jaringan sebagai ferritin dan hemosiderin. Hemoglobin adalah suatu pigmen berwarna kuning, tetapi efek keseluruhan hemoglobin adalah membuat darah berwarna merah. Hemoglobin mengandung sejumlah kecil besi dan besi ini esensial bagi kesehatan, meskipun jumlah totalnya didalam darah dikatakan hanya cukup untuk membuat paku sepanjang 2 inci Hemoglobin merupakan suatu zat organik yang terdapat dalam sel darah merah yang berfungsi untuk mengikat oksigen dalam darah. Hemoglobin merupakan zat yang menentukan warna pada darah. Darah yang mengandung banyak hemoglobin akan terlihat berwarna merah cerah, sedangkan darah yang kekurangan hemoglobin akan terlihat berwarna merah gelap). Pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah hewan vertebrata adalah hemoglobin, suatu protein yang mempunyai berat molekul 64.450. Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk bulat yang terdiri dari 4 sub-unit, dimana setiap sub-unit mengandung satu bagian heme yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida Hemoglobin ialah protein yang kaya akan zat besi, dimana hemoglobin memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan

Struktur Molekul Heme

Hemoglobin adalah metaloprotein pengangkut oksigen yang mengandung besi dalam sel merah dalam darah mamalia dan hewan lainnya. Molekul hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein, dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi. Pada manusia dewasa, hemoglobin berupa tetramer (mengandung 4 subunit protein), yang terdiri dari masing-masing dua subunit alfa dan beta yang terikat secara nonkovalen. Subunit-subunitnya mirip secara struktural dan berukuran hampir sama. Tiap subunit memiliki berat molekul kurang lebih 16,000 Dalton, sehingga berat molekul total tetramernya menjadi sekitar 64,000 Dalton. Tiap subunit hemoglobin mengandung satu heme, sehingga secara keseluruhan hemoglobin memiliki kapasitas empat molekul Oksigen

Reaksi bertahap: ~ Hb + O2 <-> HbO2

~ HbO2 + O2 <-> Hb(O2)2

~ Hb(O2)2 + O2 <-> Hb(O2)3

~ Hb(O2)3 + O2 <-> Hb(O2)4

Reaksi keseluruhan:

ü Hb + 4O2 -> Hb(O2)4

Hemoglobin adalah pigmen yang membuat sel darah berwarna merah yang pada akhirnya akan membuat darah manusia berwarna merah. Menurut fungsinya, hemoglobin merupakan media transport oksigen dari paru paru ke jaringan tubuh. Seperti kita ketahui bersama, oksigen merupakan bagian terpenting dari metabolisme tubuh untuk menghasilkan energi. Hemoglobin juga berfungsi membawa karbondioksida hasil metabolisme dari jaringan tubuh ke paru paru untuk selanjutnya dikeluarkan saat bernafas

Hemoglobin

Hemoglobin adalah suatu molekul protein yang terdapat dalam eritrosit. Fungsi hemoglobin (Hb) adalah untuk mengikat O2 dan CO2. Hb mengikat O2 pada paru0-paru dan melapaskannya pada kapiler untuk berdifusi ke dalam sel. Hemoglobin terdiri dari heme + globulin. Tahap pembentukan hemoglobin yaitu :

Asam asetat

I. 2 succinyl – CoA + 2 Glisin Pyrrole

II. 4 pyrrole Protoporfirin IX

III. Protoporfirin IX + Fe++ Heme

IV. Heme + Polipeptida Hemoglobin Chain (α atau β)

V. 2a chains + 2β chains Hemoglobin A

Tahap pembentukan hemoglobin dimulai dalam eritroblast dan terus berlangsung sampai tingkat normoblast dan retikulosit. Dari penyelidikan dengan isotop diketahui bahwa bagian hem dari hemoglobin terutama disintetsis dari asam asetat dan glisin, dan sebagian besar sintesis ini terjadi didalam mitokondria. Langkah awal sintesis adalah pembentukan senyawa pirol. Selanjutnya, empat senyawa pirol bersatu membentuk senyawa protoporfirin, yang kemudian berikatan dengan besi membentuk molekul hem. Akhirnya empat molekul hem berikatan dengan satu molekul globin, suatu globulin yang disintesis dalam ribosom retikulum endoplasma, membentuk hemoglobin. Rumus hemoglobin diperlihatkan dalam gambar 17, dimana hemoglobin mempunyai berat molekul 64.458 Sintesis hemoglobin dimulai dari suksinil koA, yang dibentuk dalam siklus Krebs berikatan dengan glisin yang dipengaruhi oleh enzim asam δ-aminolevulinat (ALA) untuk membentuk molekul pirol. Koenzim pada reaksi tersebut yaitu piridoksal fosfat (vitamin B6) yang dirangsang oleh eritropoietin Kemudian, empat pirol bergabung untuk membentuk protoporfirin IX, yang kemudian bergabung dengan besi (bentuk ferro/ Fe2+) untuk membentuk molekul heme. Akhirnya, setiap molekul heme bergabung dengan rantai polipeptida panjang, yang disebut globin, yang disintesis di ribosom, membentuk suatu subunit hemoglobin yang disebut rantai hemoglobin

Pengikatan dan pelepasan oksigen dari hemoglobin

Pembentukan hemoglobin dalam sitoplasma sel terjadi bersamaan dengan proses pembentukan DNA dalam inti sel. Seperti dikemukakan sebelumnya Hb merupakan unsur terpenting dalam plasma eritrosit. Molekul Hb terdiri dari 1)globin, 2) protoporfu-in dan 3)besi (Fe). Globin dibentuk sekitar ribosom sedangkan protoporfirin dibentuk sekitar mitokondria. Besi didapat dari transferin. Pada permulaan sel eritrosit berinti terdapat reseptor transferin. Gangguan dalam pengikatan besi untuk membentuk Hb akan mengakibatkan terbentuknya eritrosit dengan sitoplasma yang kecil (mikrositer) dan kurang mengandung Hb di dalamnya (hipokrom). Tidak berhasilnya sitoplasma sel eritrosit berinti mengikat Fe untuk pembentukan Hb dapat disebabkan oleh a. rendahnya kadar Fe dalam darah. Hal ini dapat disebabkan oleh 1) kurang gizi, 2) gangguan absorbsi Fe (terutama dalam lambung), 3) kebutuhan besi yang meningkat akan besi (kehamilan, perdarahan dan sebagainya). Penyebab ketidak berhasilan eritrosit berinti untuk mengikat besi dapat juga disebabkan oleh rendahnya kadar transferin dalam darah. Hal ini dapat dimengerti karena sel eritrosit berinti maupun retikulosit hanya memiliki reseptor transferin bukan reseptor Fe. Perlu kiranya diketahui bahwa yang dapat terikat dengan transferin hanya Fe elemental dan untuk membentuk 1 ml packed red cells diperlukan 1 mg Fe elemental Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin pada makhluk hidup adalah jenis kelamin, spesies, jumlah sel darah merah, kondisi kesehatan individu, dan ketinggian tempat dimana bahwa seseorang yang berada pada tempat yang tinggi misalnya daerah pegunungan, jumlah kadar hemoglobinnya cenderung lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berada di daerah yang tempatnya lebih rendah atau datar).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin (Hb) darah dintaranya yaitu

1). Misalnya pada seorang penderita anemia karena mempunyai jumlah eritrosit rendah secara tidak normal,

2). Luka besar atau pendarahan besar-besaran dalam menstruasi,

3). Penderita leukemia karena lekosit berkembang pesat tak terkendali

Kadar hemoglobin (Hb) normal pada manusia khususnya pria () adalah 13 – 18 g/dl sedangkan pada wanita () 11,5 – 16,5 g/dl Kadar hemoglobin menggunakan satuan gram/dl. Yang artinya banyaknya gram hemoglobin dalam 100 mililiter darah. Nilai normal hemoglobin untuk laki-laki = 14-18 gram/dl dan untuk perempuan = 12-16 gram/dl). Pada manusia, kadar Hb pada kondisi normal bervariasi sekitar 14.9 ± 1,5 gr/dL (pada laki-laki dewasa) dan 13,7 ± 1,5 gr/dL (pada perempuan dewasa) . Nilai hemoglobin yang normal pada pria 16 g/dL sedangkan wanita 14 g/ bahwa kadar hemoglobin biasanya ditentukan sebagai jumlah hemoglobin dalam gram (gm) bagi setiap dekaliter (100 mililiter). Aras hemoglobin normal bergantung kepada usia, awal remaja, dan jantina seseorang itu. Aras normal adalah :

  1. Baru lahir : 17-22 gm/dl 5. Lelaki dewasa: 14-18 gm/dl
  2. Usia seminggu : 15-20 gm/dl 6. Wanita dewasa: 12-16 gm/dl
  3. Usia sebulan : 11-15gm/dl 7. Lelaki separuh usia: 12.4-14.9 gm/dl
  4. Kanak-kanak: 11-13 gm/dl 8. Wanita separuh usia: 11.7-13.8 gm/dl

Kadar hemoglobin pada ayam dan unggas lainnya (mg/100ml darah atau mg%) pada kisaran yang hampir sama dengan yang dimiliki mamalia, yaitu 11 mg% pada ayam, 13,7 mg% pada burung dara. Kadar 6 – 9 mg% pada ayam masih merupakan kisaran yang normal Pada ternak seperti sapi dan babi, kadar hemoglobinnya 12 gm/100 ml, untuk kuda kadar hemoglobinnya mencapai 12,5 gm/100 ml, untuk anjing kadar hemoglobinnnya yang paling tinggi mencapai 13,3 gm/100 ml dan untuk domba hanya 11 gm/100 Nilai hematokrit adalah panjangnya endapan sel darah merah yang dinyatakan dalam persentase volume darah di dalam tabung hematokrit, nilai ini berbanding lurus dengan jumlah sel darah, maka semakin tinggi nilai hematokrit semakin tinggi pula perbandingan komponen-komponen dan plasma). Nilai hematokrit adalah persentase volume endapan eritrosit setelah sampel darah dipisahkan dalam waktu dan kecepatan tertentu Pada darah normal, sel-sel darah akan menempati 0,45 bagian dari volume keseluruhan, dimana keadaan ini disebut hematokrit atau VPRC (Volume of Packed Red Cells) yang dinyatakan dalam unit internasional Nilai hematokrit adalah persentase volume darah yang terdiri dari sel Nilai hematokrit atau volume sel packed, adalah suatu istilah yang artinya persentase (berdasar volume) dari darah, yang terdiri dari sel-sl darah merah Nilai hematokrit adalah volume eritrosit yang dimampatkan (packed cell volume). Istilah lainnya nilai hematokrit adalah volume sel-sel eritrosit seluruhnya dalam 100ml darah dan dinyatakan dalam % Nilai hematokrit merupakan cara yang paling sering digunakan untuk menentukan apakah jumlah sel darah merah terlalu tinggi, terlalu rendah atau normal. Hematokrit sejatinya merupakan ukuran yang menentukan seberapa banyak jumlah sel darah merah dalam satu mililiter darah atau dengan kata lain perbandingan antara sel darah merah dengan komponen darah yang lain. Hematokrit dapat dihitung dengan mengambil sampel darah pada jari tangan atau diambil langsung pada vena yang terletak pada lengan. Sel darah merah yang terdapat dalam sampel kemudian diendapkan dengan cara memutarnya menggunakan alat sentrifugal. Endapan ini kemudian di presentasekan dengan jumlah keseluruhan dari darah yang terdapat dalam tabung, nilai inilah yang dinamakan nilai Hematokrit adalah volume SDM di dalam darah yang dinyatakan dengan
persentase volume seluruh darah (misalnya, sel saja tanpa cairan atau
"plasma" darah). Nilai normalnya berkisar dari 40-54% pada laki-laki
dan 37-47% pada wanita. Nilai hematokrit menunjukkan kekentalan darah
yang sebanding dengan jumlah oksigen yang dibawanya. Persentase
hematokrit yang rendah juga merupakan pertanda anemia

Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai hematokrit adalah jenis kelamin; spesies; jumlah sel darah merah, dimana jumlah sel darah merah pada pria lebih banyak jika dibandingkan dengan wanita, apabila jumlah sel darah merah meningkat atau banyak maka jumlah nilai hematokrit juga akan mengalami peningkatan; aktivitas dan keadaan patologis; serta ketinggian tempat juga mempengaruhi nilai hematokrit, karena pada tempat yang tinggi seperti pegunungan kadar oksigen dalam udara berkurang sehingga oksigen yang masuk ke dalam paru-paru berkurang, oleh karena itu supaya terjadi keseimbangan maka sumsum tulang belakang memproduksi sel-sel darah merah dalam jumlah yang banyak

faktor-faktor yang mempengaruhi nilai hematokrit yaitu :

1. apakah orang itu menderita anemia atau tidak,

2. jenis kelamin,

3. tingkat aktivitas tubuh, dan

4. ketinggian tempat di mana orang tinggal

Nilai hematokrit normal pada laki-laki () adalah 40-50%, sedangkan pada wanita adalah 35-45% (Frandson, 1992). Nilai hematokrit normal pada pria () yaitu 42% sedangkan pada wanita () 38% (Anonimg, 2009). VPRC (Volume of Packed Red Cells) untuk pria () adalah 0,45 liter/liter dan untuk wanita () kira-kira 0,41 liter/liter (Poedjiadi, 2006). Nilai hematokrit pada manusia, khusnya pria 47 % dan wanita 42 % (Ganong, 2003). Nilai normal hematokrit untuk pria : 47 +/- 7 %; wanita : 42 +/- 5 %; Bayi baru lahir : 54 +/- 10 %; bayi 3 bulan : 38 +/- 6 %; bayi 3-6 tahun : 40 +/- 4 %; 10 - 12 tahun : 41 +/- 4 %

Nilai hematokrit atau Packed Cell Volume (PCV) pada ayam bervariasi mencapai 35 – 30 % pada jantan dewasa dan 33 – 35% pada anak ayam; pada burung puyuh dewasa 53,1% pada jantan dan 48,7% pada betina

nilai hematokrit pada berbagai jenis ternak yaitu :

1. Kuda 42 volume % sel merah

2. Sapi 40 volume % sel merah

3. Domba 32 volume % sel merah

4. Babi 42 volume % sel merah

5. Anjing 45 volume % sel merah

Penentuan nilai hematokrit dilakukan dengan mengisi tabung hematokrit dengan darah yang diberi zat agar tidak menggumpal, kemudian dilakukan sentrifusi sampai sel-sel mengumpul dibagian dasar. Nilai hematokritnya kemudian dapat diketahui secara langsung ataupun secara tak langsung dari tabung

Penentuan nilai hematokrit ada 2 yaitu

Mikrohematokrit

Penggunaan tabung hematokrit yang kapasitas dan diameternya lebih kecil dari tabung wintrobe sangat tepat untuk cara pemeriksaan rutin dalam klinik. Disamping itu tabung tersebut dapat dipergunakan untuk penampung darah kapiler secara langsung. Pada anemia makrositik terdapat sedikit kenaikan jumlah plasma, dengan adanya sferofit pada sferosiasis, thalasemia, anemia hipokromik dan anemia sel sabit kenaikan jumlah plasmanya lebih tinggi lagi.

1. Makrohematokrit

Prinsip dasarnya yaitu darah antikoagulan disentrifuge pada kecepatan tertentu dan dalam waktu tertentu, perbandingan volume eritrosit terhadap volume specimen darah dinyatakan dalam %. Dengan menggunakan pipet Pastuer yang berisi darah EDTA, masukan ujung pipet sampai dasar tabung wintrobe sambil diangkat, pelan-pelan keluarkan isinya sampai skala teratas sentrifuge tabung tersebut pada 3000 rpm selama 30 menit tingginya kolom eritrosit adalah nilai hematokrit yang dinyatakan dalam %.








Skala Mikro-Hematokrit dan Centrifuge

el-sel darah merah atau eritrosit (bahasa Yunani; eritro = merah, sit= sel) adalah sel-sel yang diameter rata-ratanya sebesar 7,5μ, dengan spesialisasi untuk pengangkutan oksigen. Sel-sel ini merupakan cakram (disk) yang bikonkaf, dengan pinggiran sirkuler yang tebalnya 1,5μ dan pusatnya yang tipis. Cakram bikonkaf tersebut mempunyai permukaan yang relatif luas untuk pertukaran oksigen melintasi membran sel

Sel darah merah (eritrosit) berbentuk piringan pipih yang menyerupai donat. 45% darah tersusun atas sel darah merah yang dihasilkan di sumsum tulang. Dalam setiap 1 cm kubik darah terdapat 5,5 juta sel. Jumlah sel darah merah yang diproduksi setiap hari mencapai 200.000 biliun, rata-rata umurnya hanya 120 hari. Semakin tua semakin rapuh, kehilangan bentuk, dan ukurannya menyusut menjadi sepertiga ukuran mula-mula

Sel Darah Merah (Eritrosit)

Sel darah merah mengandung hemoglobin yang kaya akan zat besi. Warnanya yang merah cerah disebabkan oleh oksigen yang diserap dari paru-paru. Pada saat darah mengalir ke seluruh tubuh, hemoglobin melepaskan oksigen ke sel dan mengikat karbon dioksida. Sel darah merah yang tua akhirnya akan pecah menjadi partikel-partikel kecil di dalam hati dan limpa. Sebagian besar sel yang tua dihancurkan oleh limpa dan yang lolos dihancurkan oleh hati. Hati menyimpan kandungan zat besi dari hemoglobin yang kemudian diangkut oleh darah ke sumsum tulang untuk membentuk sel darah merah yang baru. Persediaan sel darah merah di dalam tubuh diperbarui setiap empat bulan sekali

Silsilah Darah

Sel darah merah hidup dalam sirkulasi selama 120 hari, kemudian dimakan oleh sel-sel pada system monosit (magrofag) didalam limpa dan kelenjar limfe. Disini hemoglobin dipecah menjadi komponen-komponennya dan kemudian dibawa ke hati. Globin dikembalikan ke gudang protein atau dieksresi ke dalam urine setelah dipecah lebih lanjut. Hem dipecah menjadi besi, yang disimpan dan dipergunakan kembali, dan menjadi pigmen, yang dikonversi oleh hati menjadi pigmen empedu dan dieksresi didalam feses. Produksi dan pemecahan sel darah merah biasanya berlangsung dengan kecepatan yang sama sehingga jumlah sel tetap konstan

Pembentukan sel darah merah dimulai dari sel darah merah berasal dari sel yang dikenal sebagai hemositoblast yang baru secara kontinu dibentuk dari sel induk primordial sumsum tulang. Hemositoblast mula-mula membentuk eritoblast basofil yang mulai mensintesis hemoglobin. Eritroblast kemudian menjadi eritroblast polikromatofilik. Setelah ini, inti sel menyusut sedangkan hemoglobin dibentuk dalam jumlah yang lebih banyak, dan sel menjadi normoblast. Akhirnya sitoplasma normoblast telah terisi dengan hemoglobin, inti menjadi sangat kecil dan dibuang. Pada waktu yang sama retikulum endoplasma direabsorpsi. Sel pada stadium perkembangan ini dinamai retikulosit, dimana retikulum endoplasma tersisa di dalam retikulosit terus menghasilkan hemoglobin dalam jumlah kecil selama satu sampai dua hari, tetapi pada akhir waktu itu retikulum hilang sama sekali. Dalam darah normal, proporsi total retikulosit diantara semua sel sedikit kurang dari 1%. Setelah retikulum direabsorpsi semuanya, kemudian sel ini menjadi eritrosit yang matang

Pembentukan sel darah merah (eritropoiesis) terjadi di sumsum tulang merah. Pada fetus, eritrosit dibentuk juga didalam hati dan limpa. Erithropoiesis merupakan suatu proses yang kontinue dan sebanding dengan tingkat pengrusakan sel darah merah. Erithropoiesis diatur oleh mekanisme umpan balik dimana prosesnya dihambat oleh peningkatan level sel darah merah yang bersirkulasi dan dirangsang oleh anemia. Bila ternak dipindahkan dari dataran rendah ke dataran tinggi, dimana kekurangan oksigen, maka akan terjadi peningkatan "kompensation" jumlah sel darah merah. Erithropoiesis dikontrol juga oleh hormon yang disebut erithropoitin yang disekresikan oleh ginjal Faktor-faktor yang menyebabkan peningkatan dan penurunan jumlah sel darah merah pada seseorang dapat terjadi karena orang tersebut menderita anemia atau hemokonsentrasi. Hemokonsentrasi disebabkan oleh penurunan jumlah air yang diminum atau banyaknya jumlah air yang diminum. Sedangkan anemia disebabkan oleh karena sel darah yang fungsional atau hemoglobin jauh di bawah normal Jumlah sel darah merah (Sdm) normal pada pria () yaitu 5.200.000/mm3 dan pada wanita () yaitu 4.700.000/mm3 (Guyton, 1995). Jumlah eritrosit pada pria () berkisar 4,5 x 1012/l – 6,5 + 1012/l (4,5 – 6,5 juta/mm3) sedangkan pada wanita () berkisar antara 4,5 x 1012/l – 5 + 1012/l (4,5 -5 juta/mm3) (Tambayong, 2001). Rata-rata normal sel darah merah adalah 5,4 juta/μL pada pria dan 4,8 juta/μL pada wanita. Setiap sel darah merah manusia memiliki diameter sekitar 7,5 μm dan tebal 2 μm (Ganong, 2003). Nilai normal eritrosit untuk pria dewasa : 4,5 - 6,5 juta / mm3 dan untuk wanita dewasa : 3,9 - 5,6 juta / mm3 (Anonima, 2004).

Jumlah sel darah merah normal pada berbagai jenis ternak bervariasi, tetapi kebanyakan jenis ternak mempunyai hitungan sel darah merah sekitar 7 juta/mm3 seperti pada kuda, sapi, babi dan anjing, hanya pada domba yang jumlah hitung sel darah merahnya mencapai 11 juta/mm3 (Frandson, 1992). Jumlah RBC ( Red Blood Cell) pada ayam berkisar anatara 2,5 – 3,2 juta/ml, burung dara 3,5 – 4,5 juta/ml. Sebagai perbandingan, pada sapi 6 – 8 juta/ml, kambing 13 – 14 juta/ml, manusia 4 – 6 juta/ml. Pada umumnya jumlah RBC betina lebih sedikit dibandingkan jantan. Banyak faktor yang berpengaruh terhadap jumlah RBC dalam darah ungggas, diantaranya Spesies d. Hormon

    1. Umur e. Hypoxia
    2. Sex f. Pakan

Larutan yang digunakan sebagai larutan pengencer dalam menghitung jumlah sel darah merah yaitu larutan hayem. Larutan hayem adalah larutan pengencer yang berfungsi mengencerkan sel-sel darah merah, sehingga mempermudah dalam perhitungan sel darah merah pada kamar hitung yang selanjutnya dapat dilihat di bawah mikroskop. Larutan hayem terdiri atas : Mercury Cholida 0,5 gram, Natrium Sulfat 5 gram, Natrium Cholida 1 gram, dan Aquadestila 100 ml

Jenis penyakit yang berhubungan dengan sel darah merah yaitu Anemia adalah keadaan jumlah sel darah merah tak cukup untuk membawa oksigen keseluruh jaringan tubuh. Anemia akibat kekurangan besi (Fe) adalah penurunan jumlah sel darah merah akibat kekurangan besi. Anemia terjadi perlahan-lahan, setelah cadangan normal besi di badan dan sumsum tulang berkurang Anemia adalah turunnya kadar sel darah merah atau hemoglobin dalam darah. Akibatnya bila terjadi anemia yaitu transportasi oksigen akan terganggu dan jaringan tubuh orang yang anemia akan mengalami kekurangan oksigen guna menghasilkan energi, dimana gejala orang yang mengalami anemia akan merasa cepat lelah, lemas, pucat, gelisah dan terkadang sesak. Penyebab anemia karena adanya beberapa faktor yaitu kekurangan zat besi, perdarahan, genetik, kekurangan vitamin b12, kekurangan asam folat, pecahnya dinding sel darah merah, dan gangguan sumsum tulang. Cara mengobati anemia yaitu dengan suplemen besi diperlukan pada anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan zat besi. Pemberian suntikan vitamin B12 diperlukan untuk mengkoreksi anemia pernisiosa. Transfusi darah merupakan pilihan untuk anemia yang disebabkan oleh perdarahan hebat Anemia (bahasa Yunani An = tanpa, emia = darah) terjadi apabila jumlah sel-sel merah yang fungsional atau jumlah hemoglobin berkurang jauh dibawah keadaan normal. Anemia dapat terjadi karena pembentukan darah yang kurang memadai karena gizi yang tidak baik, termasuk adanya defisiensi zat besi, Cu, vitamin, dan asam amino didalam makanan. Anemia dapat pula disebabkan oleh hilangnya darah oleh karena pendarahan dari luka, atau karena parasit. Penyebab lainnya adalah kurangnya sekresi faktor instrinsik dari perut, dimana faktor ini memungkinkan dapat berlangsungnya penyerapan vitamin B12. Anemia juga terjadi apabila sel-sel darah mengalami hemolisis yang lebih cepat dibandingkan dengan pembentukannya yang baru, atau apabila sel-sel darah merah tidak berhasil menjadi masak secara normal

Sel darah putih jauh lebih besar daripada sel darah merah. Jumlahnya dalam setiap 1 cm kubik darah adalah 4.000 sampai 10.000 sel. Tidak seperti sel darah merah, sel darah putih memiliki inti (nukleus). Sebagian besar sel darah putih bisa bergerak di dalam aliran darah, membuatnya dapat melaksanakan tugas sebagai sistem ketahanan tubuh. Sel darah putih adalah bagian dari sistem ketahanan tubuh yang terpenting

Leukosit bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh, misal virus atau bakteri. Leukosit bersifat amuboid atau tidak memiliki bentuk yang tetap. Orang

yang kelebihan leukosit menderita penyakit leukimia, sedangkan orang yang kekurangan leukosit menderita penyakit leukopenia

Gambar scanning electron microscope (SEM) darah manusia yang sirkulasinya normal. Tampak sel darah merah, beberapa sel darah putih yang menonjol termasuk limfosit, monosit, neutrofil, serta banyak platelet kecil lainnya.

Sel Darah Putih (Leukosit)

Sel darah putih yang terbanyak adalah neutrofil (± 60%), tugasnya adalah memerangi bakteri pembawa penyakit yang memasuki tubuh. Mula-mula bakteri dikepung, lalu butir-butir di dalam sel segera melepaskan zat kimia untuk menghancurkan dan mencegah bakteri berkembang biak. Sel darah putih mengandung ± 5% eosinofil, fungsinya adalah memerangi bakteri, mengatur pelepasan zat kimia saat pertempuran, dan membuang sisa-sisa sel yang rusak. Basofil, yang menyususn 1% sel darah putih, melepaskan zat untuk mencegah terjadinya penggumpalan darah di dalam pembuluhnya. 20 sampai 30% kandungan sel darah putih adalah limfosit, tugasnya adalah menghasilkan antibodi, suatu protein yang membantu tubuh memerangi penyakit. Monosit bertugas mengepung bakteri, kira-kira ada 5 sampai 10% di dalam sel darah putih

sel darah putih atau leukosit adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Ada beberapa jenis sel darah putih, yaitu :

  1. Basofil 4. Sel batang
  2. Eosinofil 5. Sel segmen
  3. Limfosit 6. Monosit.

Tipe

Gambar

Diagram

% dalam tubuh manusia

Keterangan

Neutrofil

65%

Neutrofil berhubungan dengan pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri serta proses peradangan kecil lainnya, serta biasanya juga yang memberikan tanggapan pertama terhadap infeksi bakteri; aktivitas dan matinya neutrofil dalam jumlah yang banyak menyebabkan adanya nanah.

Eosinofil

4%

Eosinofil terutama berhubungan dengan infeksi parasit, dengan demikian meningkatnya eosinofil menandakan banyaknya parasit.

Basofil

<1%

Basofil terutama bertanggung jawab untuk memberi reaksi alergi dan antigen dengan jalan mengeluarkan histamin kimia yang menyebabkan peradangan.

Limfosit

25%

Limfosit lebih umum dalam sistem limfa. Darah mempunyai tiga jenis limfosit:

* Sel B: Sel B membuat antibodi yang mengikat patogen lalu menghancurkannya. (Sel B tidak hanya membuat antibodi yang dapat mengikat patogen, tapi setelah adanya serangan, beberapa sel B akan mempertahankan kemampuannya dalam menghasilkan antibodi sebagai layanan sistem 'memori'.)

* Sel T: CD4+ (pembantu) Sel T mengkoordinir tanggapan ketahanan (yang bertahan dalam infeksi HIV) sarta penting untuk menahan bakteri intraseluler. CD8+ (sitotoksik) dapat membunuh sel yang terinfeksi virus.

* Sel natural killer: Sel pembunuh alami (natural killer, NK) dapat membunuh sel tubuh yang tidak menunjukkan sinyal bahwa dia tidak boleh dibunuh karena telah terinfeksi virus atau telah menjadi kanker.

Monosit

6%

Monosit membagi fungsi "pembersih vakum" (fagositosis) dari neutrofil, tetapi lebih jauh dia hidup dengan tugas tambahan: memberikan potongan patogen kepada sel T sehingga patogen tersebut dapat dihafal dan dibunuh, atau dapat membuat tanggapan antibodi untuk menjaga.

Makrofag

(lihat di atas)

Monosit dikenal juga sebagai makrofag setelah dia meninggalkan aliran darah serta masuk ke dalam jaringan

Gambar 24. Jenis-jenis Leukosit

Komposisi sel darah putih dengan nilai normalnya yaitu Leukosit pada manusia memiliki nilai normalnya 5000 – 10.000/μL, dimana leukosit terdiri dari granular meliputi netrofil 60 – 70%, eosinofil 2 – 4%, basofil 0.5 – 1%; dan Agranular meliputi limposit 20 – 25% dan monosit 3 – 8% Hitungan sel darah putih yang normal pada berbagai jenis ternak seperti domba 8000/mm3, babi 15.000/mm3, pada kuda dan sapi 9.000/mm3 dan untuk anjing 12.000/mm3

Jumlah WBC ( White Blood Cell) (0,5 – 1,0% RBC) pada ayam 20 – 30 ribu/ml, burung puyuh 16 – 25 ribu/ml, angsa 16 – 27 ribu/ml. Jumlah WBC tersebut terdiferensiasi dalam bentuk lymphocyte (50 – 67%), heterophil (20 – 27%), monocyte (8 – 10%), eosinophil ( 1,9%), dan basophil 1,7 – 3,1%) Larutan yang digunakan dalam menghitung jumlah sel darah putih yaitu larutan turk. Larutan turk adalah larutan pengencer yang berfungsi mengencerkan sel darah putih sehingga mempermudah dalam perhitungannya, dimana larutan turk ini terdiri dari glacial acetid acid 2 ml, gentian violet 1%, aquades 1 ml dan aquadestilata 100 ml

peningkatan jumlah total sel darah putih disebut leukisitosis. Keadaan ini dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu :

1. Faktor fisiologis

Tampak jelas pada anjing dan kucing, yaitu adanya kenaikan jumlah total sel darah putih, terutama neutrofil, apabila kedua jenis hewan tersebut mengalami stress atau ketakutan sehingga keadaan ini lebih dikenal dengan istilah emotional leukositosis. Demikian pula terjadi kenaikan jumlah total sel darah putih terutama neutrofil pada saat menjelang partus.

2. Faktor patologis

Contonya pada keadaan hewan terserang infeksi lokal ataupun infeksi umum yang disebabkan oleh bakteri. Leukopenia atau berkurangnya jumlah total sel darah putih dari harga normal, biasanya lebih cenderung bersifat patologis. Pada anjing yang menderita penyakit distemper, terjadi penurunan jumlah sel darah putih jauh dari harga normalnya.

Jenis penyakit yang berhubungan dengan sel darah putih yaitu Leukemia atau kanker darah adalah sekelompok penyakit neoplastik yang beragam, ditandai oleh perbanyakan secara tak normal dari sel-sel pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid. Sel-sel normal di dalam sumsum tulang digantikan oleh sel tak normal atau abnormal. Sel abnormal ini keluar dari sumsum dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi. Sel leukemia mempengaruhi hematopoiesis atau proses pembentukan sel darah normal dan imunitas tubuh penderita. Pada leukemia, sel darah putih membelah diri tidak terkendali dan sel darah muda yang normalnya hanya hidup di sumsum tulang dapat keluar dan bertahan hidup

Secara garis besar, leukemia dibedakan menjadi leukemia akut dan kronik. Perjalanan penyakit pada leukemia kronik lebih lama dan cenderung tidak bergejala dibandingkan leukemia akut. Meskipun demikian, kemungkinan sembuh leukemia akut lebih besar dibandingkan leukemia kronik yang mudah kambuh. Penggolongan selanjutnya berdasarkan jenis sel kanker, apakah limfoblastik atau mielositik. Dari penggolongan ini, didapatkan empat tipe leukemia, yaitu

1. Leukemia Limfositik Akut (LLA). Merupakan tipe leukemia yang paling sering ditemukan pada anak-anak.

2. Leukemia Mielositik Akut (LMA). Tipe leukemia ini lebih sering terjadi pada orang dewasa dibandingkan anak-anak.

3. Leukemia Limfositik Kronis (LLK). Sering diderita oleh orang dewasa berumur lebih dari 55 tahun dan hampir tidak ada pada anak-anak.

4. Leukemia Mielositik Kronis (LMK). Sering terjadi pada orang dewasa.

Leukemia

penyakit leukemia dibagi dalam dua jenis yaitu :

1. Leukemia limfogen

Leukemia disebabkan oleh pembentukan kanker sel-sel limfoid, pertama-tama dimulai pada nodus limfatikus atau jaringan limfogen lainnnya dan kemudian menyebar ke daerah-daerah tubuh yang lain.

2. Leukemia mielogen

Jenis leukemia yang kedua yaitu leukemia mielogen, mulai dengan pembentukan kanker pada sel meilogen muda (bentuk dini neutrofil, monosit atau lainnya) dalam sumsum tulang dan kemudian menyebar ke seluruh tubuh sehingga sel darah putih dibentuk pada banyak organ ekstramedula.

Tekanan darah adalah daya dorong ke semua arah pada seluruh permukaan yang tertutup pada dinding bagian dalam jantung dan pembuluh darah Tekanan darah adalah gaya yang diberikan darah pada dinding pembuluh darah, dimana tekanan bervariasi sesuai pembuluh darah terkait dan denyut jantung). Tekanan darah adalah tenaga (force) per satuan daerah yang mendorong darah pada dinding pembuluh darah dan beredar melalui tubuh bila jantung berkontraksi, yang dinyatakan dalam mmHg

Tekanan darah dapat diartikan sebagai tekanan terhadap dinding pembuluh, dimana tekanan awal dihasilkan oleh kontraksi ventrikel jantung dan merupakan tekanan sistolik. Darah didorong masuk ke dalam arteri besar yang bersifat elastis, meregangkan dindingnya dan karenanya dinding itu mengalami , tekanan darah terbagi menjadi 2 macam yaitu :

1. Tekanan darah sistemik

Cairan yang didorong oleh pompa melalui sederetan saluran dibawah tekanan, tidak sama besar tekanan itu disepanjang saluran itu. Makin dekat pompa, makin tinggi tekanan dalam saluran yang bersangkutan. Begitu pula dinamika aliran darah

Tekanan darah sistemik paling tinggi di dalam aorta dan makin menurun sampai akhirnya menjadi 0 mmHg didalam atrium kanan. Penurunan paling tajam terjadi pada arteriol, yang memberi tahanan paling besar terhadap aliran darah. Namun selama ada perbedaan tekanan, darah akan tetap mengalir dari tekanan lebih tinggi ke tekanan lebih rendah sampai akhirnya kembali ke jantung.

2. Tekanan darah arteri

Saat ventrikel kiri berkontraksi dan mencurahkan darah ke dalam aorta, maka aorta yang elastis akan melebar, menimbulkan tekanan aorta, yang disebut tekanan sistole (sekitar 120 mmHg untuk orang dewasa normal).

Selama siastole, katup aorta menutup mencegah darah mengalir kembali ke jantung, dinding aorta mengkerut (elastis), mempertahankan tekanan yang berkelanjutan, sehingga darah tetap mengalir ke dalam pembuluh-pembuluh yang lebih kecil di distal. Selama ini, tekanan aorta turun sampai titik terendah (70 – 80 mmHg), dan disebut tekanan distole. Perbedaan antara tekanan sistole dan distole disaebut tekanan nadi

Tekanan yang mendorong darah ke dalam jaringan selama siklus jantung disebut “Mean (average) Atrial Pressure (MAP)“. Karena diastole lebih lama dari sistole, maka rumus untuk menghitung MAP adalah sebagai berikut :

MAP = Tekanan Diastole + Tekanan Nadi

3

Atau

MAP = Tekanan Sistole + 2 (Tekanan Diastole)

3

faktor – faktor yang mempengaruhi tekanan darah adalah :

a) Curah Jantung

Tekanan darah berbanding lurus dengan curah jantung (ditentukan berdasarkan isi sekuncup dan frekuensi jantungnya).

b) Tekanan Perifer terhadap Tekanan Darah

Tekanan darah berbanding terbalik dengan tahanan dalam pembuluh. Tahanan perifer memiliki beberapa faktor penentu :

1. Viskositas darah.

Semakin banyak kandungan protein dan sel darah dalam plasma, semakin besar tahanan terhadap aliran darah. Peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan viskositas : pada anemia, kandungan hematokrit dan viskositas berkurang.

2. Panjang pembuluh

Semakin panjang pembuluh, semakin besar tahanan terhadap aliran darah.

3. Radius pembuluh

Tahanan perifer berbanding terbalik dengan radius pembuluh sampai pangkat keempatnya

(a) jika radius pembuluh digandakan seperti yang terjadi pada fase dilatasi, maka aliran darah akan meningkat enambelas kali lipat. Tekanan darah akan turun.

(b) Jika radius pembuluh dibagi dua, seperti yang terjadi pada vasokontriksi, maka tahahan terhadap aliran akan meningkatenambelas kalip lipat dan tekanan darah akan naik.

4. Karena panjang pembuluh dan viskositas darah secara normal konstan, maka perubahan dalam tekanan darah didapat adri perubahan radius pembuluh darah.

Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah yaitu 1) curah jantung adalah jumlah darah yang dipompakan ke luar jantung selama satu menit; 2) tahanan perifer adalah tahanan dari pembuluh darah kecil, terutama anteriol terhadap aliran darah; 3) volume darah adalah jumlah total darah yang bersirkulasi, dimana bila jumlah darah berkurang akibatnya akan kehilangan darah; 4) viskositas darah adalah kekentalan (kepekatan) darah, dimana viskositas darah akan menurun bila mendapat infus larutan garam fisiologis dalam jumlah besar, sehingga penurunan viskositas akan menurunkan tekanan darah; dan 5) elastisitas dinding arteri memungkinkan distensi aorta ketika ventrikel berkontraksi dan memungkinkan rekoil yang elastis ketika ventrikel berelaksasi

Tekanan darah normal pada manusia yaitu <120 / <80 mmHg (sístole / diástole. Dalam keadaan sehat, tekanan sistol dan diastole seseorang adalah 120/80. Artinya, tekanan sistol = 120 mmHg, sedangkan tekanan diastole = 80 mmHg. Perbedaan antara besarnya tekanan sistol dan diastole disebut takanan denyutan, yang rata-ratanya adalah 40 mmHg. Tekanan darah normal pada pria yaitu 120/80 mmHg dan wanita 110/70 mmHg

tekanan darah normal pada berbagai jenis ternak yaitu :

1. Kuda 80/50 mmHg,

2. Sapi 134/88 mmHg,

3. Domba 114/68 mmHg,

4. Anjing 148/100 mmHg dan

5. Babi 160/108 mmHg

Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai "normal". Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa

Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut Letakkan bagian bell stetoskop diatas arteri brakialis, untuk menghindari suara berisik usahakan stetoskop tidak bersentuhan dengan pakaian pasien. Dengan cara yang sama seperti ada penentuan tekanan denyut obliterasi, pompa manset hingga 20-30 mmHg diatas tekanan denyut obliterasi kemudian kendorkan pemompaan dengan kecepatan 2 mmHg per detik sambil mendengarkan suara Korotkoff. Sejalan dengan pengenduran manset, turbulensi aliran darah melalui arteri brakialis menimbulkan rangkaian suara. Hal ini dikelompokkan menjadi 5 (lima) fase suara. Fase 1 ditandai oleh suara yang jelas, suara menghentak dan berulang, bersamaan dengan pemunculan kembali denyut nadi yang teraba. Pemunculan awal suara fase 1 ini sama dengan tekanan darah sistolik. Selama fase 2, suara murmur terdengar. Pada fase 3 dan 4, perubahan mulai terjadi dimana suara nadi mulai melemah (biasanya 10 mmHg diatas tekanan darah diastolik yang sebenarnya). Pada fase 5, suara mulai hilang, dan menunjukkan tekanan darah diastolik. Untuk lebih meyakinkan pengamatan sebaiknya dilanjutkan hingga 10 mmHg dibawah fase 5

Untuk mengukur tekanan darah, manset karet difiksasi melingkar lengan dan denyut pada pergelangan tangan diraba dengan satu tangan, sementara tangan yang lain digunakan untuk mengembangkan manset sampai suatu tekanan, dimana denyut arteri radialis tidak lagi teraba. Sebuah stetoskop diletakkkan diatas denyut arteri brakialis pada fosa kubiti dan tekanan pada manset karet diturunkan perlahan dengan melonggarkan katupnya. Ketika tekanan diturunkan, mula-mula tidak terdengar suara, namun ketika mencapai tekanan darah sistolik terdengar suara ketukan (taping sound) pada stetoskop. Pada saat itu air raksa didalam manometer dicatat. Ketika tekanan didalam manset diturunkan, suara tadi semakin keras sampai saat tekanan darah diastolik tercapai, barulah bunyi tersebut berubah dan meredup

Sphygmomanometer (Alat Tensi Darah)

3 komentar:

  1. Assalamualaikum gan, ane mau minta sumbernya agan dari buku apa ya? tolong e-mail saya di habibiyasin91@gmail.com

    BalasHapus
  2. boleh minta sumbernya gan?

    BalasHapus